Percakapan antara ; kafir, doa dan malam.
Sering kali aku berdoa di antara malam.
"Tuhan, apakah perlu air mata, agar kaki-kaki ini terasa sangat ringan ? "
Hai kafir, untuk apa kau menangis ! Sedangkan kau sendiri, masih menikmati dosa-dosamu sendiri. " Ucap bintang.
Kafir yang termenung menjawab dengan hati yang penuh luka.
"Wahai bintang yang paling terang, apakah air mata hanya berlaku bagi mereka kaum seragam ? Apakah lelaki yang sering kali disebut kafir ini, tidak boleh menjatuhkan air matanya di bumi ?"
Lalu tuhan menyudahi percapakan mereka berdua, lewat hujan yang begitu lebat.
Bintang menghilang, termakan oleh mendung dan petir !
Kafir kembali merenung di ujung surau tua.
Hujan masih lebat, petir tak henti-henti memperlihatkan kilaunya.
"Untuk apa kau merenung di ujung sana kafir ? Kemarilah, duduk di tengah bandarsah, tuhanmu merindukan isi hatimu" ucap sang malam, yang berkata pada kafir.
Komentar
Posting Komentar