Tempatku pulang.

 Aku ingat saat pelukmu menyelamatkanku dari tindakan bodohku.

Saat itu kita sangat murka, dan resah. 

Lalu dengan sigap, kau menghentikan langkah kakiku. (Yang ingin pergi ke anta berantah) 

Tetesan air matamu membuat hatiku ingin sekali membalas rangkulanmu.

Wajah lucumu melemahkan egoku. 

logika kuno tak henti-henti kau utarakan.

keras kepalaku tak ingin sekali padam. 

Semuanya nampak berantakan.

Kita terdiam hampir kurang lebih 29 jam.

Dan baiklah.

Aku mengalah, dan kau benar. 

Sekali lagi kau berhasil memanipulasi semangat untuk alur hidupku. 


(Kau selalu mampu membuatku tuk bergerak maju, namun na'as.

Kau tak cukup hebat, tuk menemani kesetian hatiku)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

April.

Percakapan sunyi.

Komedi absurd jatuh di Surabaya.